ASAL USUL WAE TELANG (Telang manusia kera)
ASAL USUL WAE TELANG (Telang
Manusia Kera)
(Sumber foto: klik disini )
Di sebuah desa yang sekarang
dinamakan desa Lendong yang berada di
Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, ada sebuah mata air
yang bernama “Wae Telang”. Wae Telang tepatnya berada di kampung Bonda.
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang
anak bernama Telang. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya
bekerja sebagai petani. Setiap hari mereka selalu ke kebun untuk bercocok
tanam.
Pada suatu hari, Telang merasa haus.
Ia menghampiri ibunya dan meminta minuman. Telang berkata “mama, aku masa wae, tegi koe wae”. Tetapi ibunya sibuk melakukan ciwal atau menggarap tanah menggunakan
tofa. Sang ibu menyuruhnya meminta minuman kepada ayahnya. Ibunya berkata “ngo tegi wae agu ema’m”. Telang pun meninggalkan ibunya dan pergi
menghampiri ayahnya. Telang meminta minuman tetapi ayahnya tidak peduli. Ia
sibuk menancapkan pagar untuk melindungi tanaman-tanamannya. Sang ayah
menyuruhnya meminta minuman kepada ibunya. Ayahnya berkata “ngo tegi wae agu ende’m”. Telang sudah sangat kehausan. Ia
kembali menghampiri ibunya dan meminta minuman. Namun, ibunya kembali
menyuruhnya meminta minuman pada ayahnya. Telang pergi lagi ke tempat ayahnya
dan di suruh untuk meminta minuman kepada ibunya.
Telang sudah sangat lelah dan
kehausan. Ia sudah berkali-kali menghampiri ayah dan ibunya. Tetapi, tetap saja
tidak dihiraukan. Telang pun menjadi putus asa. Ia naik ke atas pohon ara yang
besar. Telang membawa serta lewing atau
periuk dan kebor atau sendok
masak. Sesampainya di atas pohon, telang
meletakkan lewing di atas kepalanya.
Dan menancapkan kebor ke anusnya. Tak
diduga, ia tiba-tiba berubah menjadi seekor kode
atau kera.
Ibu Telang sudah selesai bekerja dan
kembali ke pondok. Ia memanggil dan mencari Telang. Namun ia sangat terkejut
karena seekor kera yang menyahut panggilannya. Ia kembali memanggil nama
Telang, “Telang….Telang nia hau nana?”
panggil ibunya. Namun, kera kembali
menyahut panggilannya. Sang ibu pun memanggil suaminya. Ia berkata “toe manga ndo’o hi Telang, kawe koe lehau” .
Ia menyuruh suaminya mencari Telang. Namun sang suami tetap sibuk mencapkan
pagar. Ia berkata “gereng sekoe, teke
sekoe gejur daku”. Kemudian, ia kembali memanggil nama Telang, “Telang… Telang… ho wae ga nana, mai ga”.
Ibunya mulai curiga ketika kode kembali menyahut panggilannya. Karena kontak
batin, ia tahu bahwa kode tersebut adalah jelmaan dari Telang anaknya. Ia
kemudian menangis dan meminta maaf kepada Telang. Ia memeluk kode jelmaan
telang tersebut. Sang ayah mendengarkan tangisan istrinya dan segera menacapkan
pagar terahkir ke dalam tanah.
Tiba-tiba keluar air yang besar dari
dalam tanah. Tak butuh waktu lama, kebun itu segera dipenuhi oleh air dan
menenggelamkan ayah dan ibu Telang. Kode jelmaan Telang pun naik ke atas pohon
ara.
Dari kisah tersebut, warga sekitar
menamai mata air tersebut Wae Telang.
Sesuai dengan nama kode jelmaan manusia, yaitu Telang.
Komentar
Posting Komentar